Worship leader, pemain musik, penatua, diaken, dan hamba Tuhan
lainnya merupakan jabatan yang menonjol di gereja. Rata-rata jemaat akan
mengenal muka-muka yang sering tampil melayani baik dalam ibadah gereja maupun
berbagai bentuk pelayanan lainnya. Melayani pekerjaan Tuhan sungguh merupakan
sebuah panggilan yang sangat penting, yang sudah seharusnya dilakukan oleh
semua anak-anak Tuhan yang telah merasakan kasih Tuhan dalam kehidupannya.
Melayani pekerjaan Tuhan adalah amat baik, itu kita semua setuju. Tetapi
sudahkah kita memiliki motivasi yang benar dalam melayani? Di balik sebuah
pelayanan, seperti halnya profesi dan pekerjaan lainnya, ada begitu banyak
motivasi di belakangnya. Ada
banyak orang yang melayani pada mulanya diawali
dengan motivasi yang tulus kemudian berubah menjadi menunjuk pada diri sendiri. Ketenaran,
pamor, popularitas yang menghinggapi para hamba Tuhan seringkali membelokkan
motivasi ke arah diri sendiri.
Pada masa negeri Yudea berada di bawah kekaisaran Romawi
dan dipimpin oleh kaisar Tiberius, disebutkan pada saat itu yang memegang
status sebagai Imam Besar adalah Hanas dan Kayafas. Kalau kita runut ke
belakang, jabatan Imam Besar ini pertama sekali diberikan kepada Harun melalui
sebuah tanda berupa tongkat Harun yang berbunga diantara imam-imam Lewi lainnya
(Bilangan 17). Karena Allah sendiri yang mengangkat Harun sebagai Imam Besar,
jabatan ini pun punya tugas yang luar biasa besar sebagai wakil Tuhan di dunia
ini. Imam Besar dituntut untuk senantiasa hidup benar dan kudus. Imam Besar
merupakan "kepanjangan tangan" Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan
pesan Tuhan kepada umat-Nya di dunia.
Pada saat itu, Hanas dan Kayafas tengah menjabat sebagai
Imam Besar. Tetapi lihatlah ayat bacaan hari ini mengatakan sesuatu yang aneh.
Ketika Hanas dan Kayafas ada di posisi Imam Besar, seharusnya firman Tuhan
datang kepada mereka. Tetapi bukan itu yang terjadi, karena dalam ayat ini kita
membaca firman Tuhan bukannya
datang pada Hanas dan Kayafas yang menyandang jabatan penting, tetapi malah
datang pada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Ini sesuatu yang aneh. Mengapa bisa demikian? Mengapa Tuhan
melecehkan jabatan Imam Besar yang Dia tetapkan sendiri? Dari apa yang kita
lihat dalam Alkitab, ternyata Imam Besar pada masa itu sudah berubah
motivasinya. Dan Tuhan memutuskan untuk tidak lagi berfirman melalui mereka.
Hanas dan Kayafas motivasinya sudah melenceng menunjuk pada diri sendiri.
Ketika mereka seharusnya menjadi rekan sekerja Tuhan, wakil Tuhan di dunia
untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan, ternyata mereka malah berubah menjadi
musuh Tuhan dengan menjadi bagian dari penyaliban Yesus Kristus. Jabatan,
kekuasaan, kekayaan, pengaruh, bisa membutakan mata para pemimpin seperti Hanas
dan Kayafas sehingga akhirnya mereka tidak lagi disertai Roh Tuhan. Maka Tuhan
lebih memilih Yohanes, yang tidak menyandang gelar apa-apa, dan sedang berada
di padang gurun.
Apa yang membuat Tuhan memilih Yohanes Pembaptis bukan kepada Imam Besar itu? Yohanes punya
hati yang jauh berbeda dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas. Yohanes
tidak membawa murid-muridnya untuk berpusat pada dirinya, melainkan membawa
mereka kepada Yesus Kristus. Hal
ini bisa terlihat dalam Yohanes 1:35-37 "Pada
keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan
ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba
Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka
pergi mengikut Yesus.". Lihatlah bahwa
Yohanes menunjuk pada Yesus dan mengarahkan murid-muridnya untuk mengikuti
Yesus, bukan dirinya. Itulah hati yang dimiliki Yohanes, dan itulah yang
membuat Tuhan lebih suka pada Yohanes ketimbang kedua Imam Besar tersebut. Karena itu, bagi
kita
yang sudah melayani, perhatikan baik-baik motivasi kita dalam melayani. Jika
kita tidak waspada, kita bisa kehilangan Roh Tuhan karena motivasi kita
melenceng dalam melakukan pelayanan. Ketika Yesus melihat murid-murid Yohanes
mengikuti-Nya,
Yesus bertanya: "Apakah yang kamu cari?" (Yohanes
1:38). Ini adalah pertanyaan
yang sama untuk para hamba Tuhan
dan semua para pelayan bahkan jemaat yang rindu melayani Tuhan. "Apa yang anda cari?" Apa yang anda cari dari
pelayanan? Apakah pamor, popularitas, atau melayani agar mendapat berkat melimpah,
atau semata-mata karena mengasihi Tuhan dan rindu lebih banyak lagi orang bisa
mengenal Kristus? Apakah
pelayanan kita sudah diikuti oleh sikap hidup yang benar, yang bisa dijadikan
kesaksian dan teladan bagi orang lain? Bagi pelayan-pelayan Tuhan di segala
posisi, baik worship leader, musisi, diaken, penatua dan sebagainya, jangan sampai pelayanan kita
menunjuk pada diri sendiri. Pelayanan sejati haruslah menunjuk pada Kristus,
bukan pada diri sendiri. Milikilah motivasi yang benar dalam melayani, bukan
karena kehebatan kita melainkan semata-mata karena kita mengasihi Kristus. (by Denny Sitompul, M.Pd.K - 14 Juli 2019
Komentar
Posting Komentar