Bulan Juli : Melayani dan motivasi (Lukas 3:2)



            Worship leader, pemain musik, penatua, diaken, dan hamba Tuhan lainnya merupakan jabatan yang menonjol di gereja. Rata-rata jemaat akan mengenal muka-muka yang sering tampil melayani baik dalam ibadah gereja maupun berbagai bentuk pelayanan lainnya. Melayani pekerjaan Tuhan sungguh merupakan sebuah panggilan yang sangat penting, yang sudah seharusnya dilakukan oleh semua anak-anak Tuhan yang telah merasakan kasih Tuhan dalam kehidupannya. Melayani pekerjaan Tuhan adalah amat baik, itu kita semua setuju. Tetapi sudahkah kita memiliki motivasi yang benar dalam melayani? Di balik sebuah pelayanan, seperti halnya profesi dan pekerjaan lainnya, ada begitu banyak motivasi di belakangnya. Ada banyak orang yang melayani pada mulanya diawali dengan motivasi yang tulus kemudian berubah menjadi menunjuk pada diri sendiri. Ketenaran, pamor, popularitas yang menghinggapi para hamba Tuhan seringkali membelokkan motivasi ke arah diri sendiri. 
            Pada masa negeri Yudea berada di bawah kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh kaisar Tiberius, disebutkan pada saat itu yang memegang status sebagai Imam Besar adalah Hanas dan Kayafas. Kalau kita runut ke belakang, jabatan Imam Besar ini pertama sekali diberikan kepada Harun melalui sebuah tanda berupa tongkat Harun yang berbunga diantara imam-imam Lewi lainnya (Bilangan 17). Karena Allah sendiri yang mengangkat Harun sebagai Imam Besar, jabatan ini pun punya tugas yang luar biasa besar sebagai wakil Tuhan di dunia ini. Imam Besar dituntut untuk senantiasa hidup benar dan kudus. Imam Besar merupakan "kepanjangan tangan" Tuhan di dunia ini untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat-Nya di dunia.
            Pada saat itu, Hanas dan Kayafas tengah menjabat sebagai Imam Besar. Tetapi lihatlah ayat bacaan hari ini mengatakan sesuatu yang aneh. Ketika Hanas dan Kayafas ada di posisi Imam Besar, seharusnya firman Tuhan datang kepada mereka. Tetapi bukan itu yang terjadi, karena dalam ayat ini kita membaca firman Tuhan bukannya datang pada Hanas dan Kayafas yang menyandang jabatan penting, tetapi malah datang pada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Ini sesuatu yang aneh. Mengapa bisa demikian? Mengapa Tuhan melecehkan jabatan Imam Besar yang Dia tetapkan sendiri? Dari apa yang kita lihat dalam Alkitab, ternyata Imam Besar pada masa itu sudah berubah motivasinya. Dan Tuhan memutuskan untuk tidak lagi berfirman melalui mereka. Hanas dan Kayafas motivasinya sudah melenceng menunjuk pada diri sendiri. Ketika mereka seharusnya menjadi rekan sekerja Tuhan, wakil Tuhan di dunia untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan, ternyata mereka malah berubah menjadi musuh Tuhan dengan menjadi bagian dari penyaliban Yesus Kristus. Jabatan, kekuasaan, kekayaan, pengaruh, bisa membutakan mata para pemimpin seperti Hanas dan Kayafas sehingga akhirnya mereka tidak lagi disertai Roh Tuhan. Maka Tuhan lebih memilih Yohanes, yang tidak menyandang gelar apa-apa, dan sedang berada di padang gurun.
            Apa yang membuat Tuhan memilih Yohanes Pembaptis bukan kepada Imam Besar ituYohanes punya hati yang jauh berbeda dengan Imam Besar Hanas dan Kayafas. Yohanes tidak membawa murid-muridnya untuk berpusat pada dirinya, melainkan membawa mereka kepada Yesus Kristus. Hal ini bisa terlihat dalam Yohanes 1:35-37 "Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.". Lihatlah bahwa Yohanes menunjuk pada Yesus dan mengarahkan murid-muridnya untuk mengikuti Yesus, bukan dirinya. Itulah hati yang dimiliki Yohanes, dan itulah yang membuat Tuhan lebih suka pada Yohanes ketimbang kedua Imam Besar tersebut. Karena itu, bagi kita yang sudah melayani, perhatikan baik-baik motivasi kita dalam melayani. Jika kita tidak waspada, kita bisa kehilangan Roh Tuhan karena motivasi kita melenceng dalam melakukan pelayanan. Ketika Yesus melihat murid-murid Yohanes mengikuti-Nya, Yesus bertanya: "Apakah yang kamu cari?" (Yohanes 1:38). Ini adalah pertanyaan yang sama untuk para hamba Tuhan dan semua para pelayan bahkan jemaat yang rindu melayani Tuhan. "Apa yang anda cari?" Apa yang anda cari dari pelayanan? Apakah pamor, popularitas, atau melayani agar mendapat berkat melimpah, atau semata-mata karena mengasihi Tuhan dan rindu lebih banyak lagi orang bisa mengenal Kristus?           Apakah pelayanan kita sudah diikuti oleh sikap hidup yang benar, yang bisa dijadikan kesaksian dan teladan bagi orang lain? Bagi pelayan-pelayan Tuhan di segala posisi, baik worship leader, musisi, diaken, penatua dan  sebagainya, jangan sampai pelayanan kita menunjuk pada diri sendiri. Pelayanan sejati haruslah menunjuk pada Kristus, bukan pada diri sendiri. Milikilah motivasi yang benar dalam melayani, bukan karena kehebatan kita melainkan semata-mata karena kita mengasihi Kristus. (by Denny Sitompul, M.Pd.K - 14 Juli 2019

Komentar