SERVANT WITH PASSION (MEMBANGKITKAN GAIRAH DALAM MELAYANI) I Raja-raja 19:4


Kehidupan orang percaya yang mulai bertumbuh akan nampak dari munculnya kerinduan untuk mau melayani Tuhan dengan talenta yang Tuhan berikan kepadanya. Namun seringkali ketika semakin dalam terlibat dalam pelayanan, lama-kelamaan akan muncul perasaan jenuh dengan aktifitas pelayanan yang padat dan cenderung menjadi suatu rutinitas mingguan yang harus dikerjakan.
            Hari ini kita bersama-sama akan belajar dari kehidupan Elia, seorang hamba Tuhan yang sudah sampai pada titik klimaks perasaan jenuhnya terhadap panggilan pelayanannya, sehingga dia berseru kepada Tuhan dan meminta agar Tuhan mencabut nyawanya. Padahal kalau kita perhatikan pada kisah sebelumnya, Elia baru saja membuat suatu kebangunan rohani yang besar di tengah-tengah orang Israel. Bagaimana dengan beraninya seorang Elia menghadapi 450 nabi Baal dan berhasil membuktikan kepada rakyat Israel bahwa Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Israel (Yakub) adalah Allah yang benar-benar hidup dan berkuasa menyatakan kekuasaan-Nya. Artinya setelah mengalami pangalaman yang luar biasa bersama Tuhan, kemudian Elia mengalami tekanan dan kejenuhan yang luar biasa dalam kehidupan dan pelayanannya ketika menghadapi ancaman Izebel. Seandainya dalam hidup kita pun mengalami seperti yang dialami oleh nabi Elia, kira-kira apa yang harus kita lakukan?
            Dari kehidupan Elia kita akan belajar bagaimana cara mengatasi kejenuhan dalam pelayanan tersebut, yakni:
1.      Perlu kekuatan baru
            Saat Elia merasa takut dan kelelahan akibat pertarungannya dengan nabi-nabi Baal untuk membuktikan Allahnya hidup dan berkuasa, kemudian menghadapi ancaman dari Izebel, Elia mencoba untuk bersembunyi, bahkan kemudian rasanya ingin Tuhan mencabut nyawanya. Namun Tuhan melalui malaikat-Nya, memberikan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan Elia pada saat itu, yakni makanan untuk membuat Elia kuat untuk dapat melanjutkan perjalanannya ke gunung Allah. Dalam kelemahan dan kejenuhan kita, seringkali yang kita butuhkan adalah kekuatan baru untuk dapat melanjutkan perjalanan hidup dan pelayanan kita, dan itu dapat kita peroleh melalui “malaikat” yang Tuhan kirim kepada kita, mungkin orang yang tidak terduga, atau melalui cara yang supranatural.
2.      Perlu peneguhan Tuhan kembali
            Setelah makan dan mendapat kekuatan baru, Elia melanjutkan perjalanannya ke gunung Allah, yakni gunung Horeb dan mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang meneguhkan kembali akan panggilan Elia. Tuhan menyatakan diri kepada Elia bukan dengan cara yang spektakuler, bukan melalui angin yang besar dan kuat, bukan melalui gempa, atau menampakkan diri dengan api, tetapi Tuhan datang dalam angin sepoi-sepoi basa (ay. 12) dan mengingatkan Elia bahwa masih ada tugas yang belum selesai dan harus diselesaikan oleh Elia, yakni tugas untuk mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram, juga mengurapi Yehu, cucu Nimsi menjadi raja atas Israel, serta Elisa bin Safat untuk menjadi nabi menggantikan dirinya.
            Seringkali dalam kelelahan dan kejenuhan kita saat mengiring dan melayani Tuhan, kita memerlukan perjumpaan pribadi dengan Tuhan untuk mendengar bagaimana Tuhan meneguhkan kembali panggilan kita dan menyadarkan kita bahwa masih ada tugas dan tanggung jawab yang harus kita selesaikan dalam pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Hal ini akan membuat kita memperoleh semangat baru untuk melanjutkan tugas dan panggilan kita.
3.      Perlu menyadari bahwa kita tidak sendiri
            Elia awalnya merasa jenuh, takut dan putus asa karena merasa bahwa hanya dia seorang diri saja yang masih menyembah Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, sementara semua orang Israel sudah terpengaruh untuk menyebah Baal dan dewa-dewa orang Kanaan. Namun di ayat 18, Tuhan memberitahu kepada Elia bahwa masih ada 7000 orang Israel yang tidak sujud menyembah Baal dan masih menyembah kepada Allah seperti Elia. Hal ini dinyatakan Tuhan untuk membangkitkan semangat Elia, bahwa dia tidak berjuang seorang diri, namun masih ada banyak orang yang menyembah kepada Allah Israel.
            Apabila ada di antara kita yang saat ini sedang merasa jenuh dalam mengiring dan melayani Tuhan, kiranya apa yang dapat kita pelajari dan renungkan dari kisah Elia ini, bisa menjadi peneguhan dan jawaban atas pergumulan kita.

Komentar